Isu makar jadi penyebab utama
Upacara Bendera di Watu
Pinawetengan Digagalkan Polisi
IKUTI BERITA LAIN
Soal upacara bendera di Watu Pinawetengan
Bupati: Yang Penting Tidak Melenceng
Lintas Berita Minahasa
Tondano, KOMENTAR
Rencana Majelis Adat Minahasa (MAM) untuk menggelar upacara bendera dalam rangka memperingati Proklamasi Kemerdekaan RI Ke-66, di situs budaya Watu Pinawete-ngan, Tompaso, Kamis (18/07) kemarin, digagalkan pihak kepolisian. Sebelumnya, MAM berencana akan menggelar upacara unik dalam memaknai HUT RI, dengan sentuhan adat Minahasa.
Selain gagal menggelar upa-cara bendera di situs budaya Watu Pinawetengan, MAM juga tidak diperkenankan masuk ke makam pejuang DR Samratu-langi di Tondano, untuk ber-ziarah. Isu berkembang, kegia-tan upacara pada 18 Agustus oleh MAM tersebut dianggap sebagai bentuk makar.
Sekitar 50 anggota MAM, ter-masuk sang pengagas, Dr Bert Supit dan panitia pelaksana seperti Frangky Kowaas, Jopie Worek bahkan mantan Guber-nur Sulut CJ Rantung, harus kecewa karena tidak diperke-nankan pihak aparat kepoli-sian masuk ke lokasi situs bu-daya Watu Pinawetengan, se-bagai lokasi pelaksanaan upa-cara bendera. Padahal panitia telah menyusun rangkaian ac-ara dalam upacara bendera se-perti pembacaan teks Prokla-masi, pembacaan teks Panca-sila, pengibaran bendera Merah Putih dan lainya. Sedangkan yang rencananya akan bertin-dak sebagai Inspektur Upacara adalah mantan Gubernur Sulut, CJ Rantung.
Sebelumnya, saat hendak memasuki kawasan pemuk-iman Pinabetengan, mereka dihadang aparat polisi tepat di Desa Pinabetengan Utara, Ke-camatan Tompaso. Praktis be-berapa mobil yang ditumpangi anggota MAM tidak bisa me-lanjutkan perjalanan ke situs budaya tersebut. Sekitar 40-an anggota polisi bersenjata lengkap dari Polres Minahasa, sudah siap siaga. Bahkan mo-bil polisi sengaja diparkir melin-tang di badan jalan untuk menghadang para anggota MAM masuk ke lokasi. Dalam kondisi ini, Dr Bert Supit lang-sung melakukan protes.
Menurutnya, upacara bende-ra di situs budaya Watu Pina-wetengan adalah rangkaian ke-giatan Minahasa Cinta Indo-nesia. “Kegiatan ini hanya ber-tujuan untuk memberi pema-haman pada generasi muda di Minahasa agar mereka tahu peran penting Minahasa dalam mencapai kemerdekaan Indo-nesia. “Maksud dan tujuan kami adalah hanya untuk melakukan upacara bendera dalam rangka peringatan HUT kemerdekaan RI ke-66. Sebagai anak bangsa kami merasa ke-cewa. Kami kesana hanya ingin melakukan upacara mempe-ringati kemerdekaan negara ini. Kami ingin memupuk nilai nasionalisme bagi warga Mina-hasa. Kenapa kami dihalangi,” protesnya.
Sementara itu, anggota MAM lainnya, Joppy Worek menilai, pemerintah dan kepolisian ter-lalu berlebihan dalam menilai kegiatan mereka. “Pengha-langan ini terlalu berlebihan. Kami memilih lokasi ini karena situs budaya ini memiliki nilai sakral bagi warga Minahasa. Lokasi ini menjadi simbol pe-mersatu warga Minahasa, ka-rena di situlah leluhur Mina-hasa berkumpul,” ujarnya.
Sempat terjadi adu argumen antara anggota MAM dengan anggota polisi yang berjaga saat itu. Namun polisi tetap tidak mengizinkan mereka pergi ke Watu Pinawetengan yang ha-nya berjarak sekitar dua kilo-meter dari lokasi pengha-dangan di kawasan pemuki-man warga. Karena tidak bisa sampai ke lokasi tujuan ang-gota MAM hanya melakukan doa bersama di tempat mereka dihadang. Selanjutnya, MAM balik kanan kemudian menuju Tondano, dengan maksud hen-dak melakukan ziarah di ma-kam DR Sam Ratulangi.
Sementara itu, Kapolsek Tom-paso, AKP Fery G Wauran, mengata-kan, tindakan penghadangan ini dilakukan atas perintah pimpi-nannya. “Mereka tidak memiliki izin, sehingga kami tidak bisa mem-biarkan acara tersebut. Sesuai aturan, harus ada izin dari ke-polisian jika ingin melakukan kegiatan yang diikuti oleh ba-nyak orang,” ujarnya.(bly)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar