Titik "O" Kilometer Tondano

Titik "O" Kilometer Tondano
Tugu ditengah Kota Tondano

Minggu, 21 Agustus 2011

Isu makar jadi penyebab utama Upacara Bendera di Watu Pinawetengan Digagalkan Polisi

Isu makar jadi penyebab utama
Upacara Bendera di Watu
Pinawetengan Digagalkan Polisi

IKUTI BERITA LAIN
Soal upacara bendera di Watu Pinawetengan
Bupati: Yang Penting Tidak Melenceng
Lintas Berita Minahasa

Tondano, KOMENTAR
Rencana Majelis Adat Minahasa (MAM) untuk menggelar upacara bendera dalam rangka memperingati Proklamasi Kemerdekaan RI Ke-66, di situs budaya Watu Pinawete-ngan, Tompaso, Kamis (18/07) kemarin, digagalkan pihak kepolisian. Sebelumnya, MAM berencana akan menggelar upacara unik dalam memaknai HUT RI, dengan sentuhan adat Minahasa.

Selain gagal menggelar upa-cara bendera di situs budaya Watu Pinawetengan, MAM juga tidak diperkenankan masuk ke makam pejuang DR Samratu-langi di Tondano, untuk ber-ziarah. Isu berkembang, kegia-tan upacara pada 18 Agustus oleh MAM tersebut dianggap sebagai bentuk makar.
Sekitar 50 anggota MAM, ter-masuk sang pengagas, Dr Bert Supit dan panitia pelaksana seperti Frangky Kowaas, Jopie Worek bahkan mantan Guber-nur Sulut CJ Rantung, harus kecewa karena tidak diperke-nankan pihak aparat kepoli-sian masuk ke lokasi situs bu-daya Watu Pinawetengan, se-bagai lokasi pelaksanaan upa-cara bendera. Padahal panitia telah menyusun rangkaian ac-ara dalam upacara bendera se-perti pembacaan teks Prokla-masi, pembacaan teks Panca-sila, pengibaran bendera Merah Putih dan lainya. Sedangkan yang rencananya akan bertin-dak sebagai Inspektur Upacara adalah mantan Gubernur Sulut, CJ Rantung.
Sebelumnya, saat hendak memasuki kawasan pemuk-iman Pinabetengan, mereka dihadang aparat polisi tepat di Desa Pinabetengan Utara, Ke-camatan Tompaso. Praktis be-berapa mobil yang ditumpangi anggota MAM tidak bisa me-lanjutkan perjalanan ke situs budaya tersebut. Sekitar 40-an anggota polisi bersenjata lengkap dari Polres Minahasa, sudah siap siaga. Bahkan mo-bil polisi sengaja diparkir melin-tang di badan jalan untuk menghadang para anggota MAM masuk ke lokasi. Dalam kondisi ini, Dr Bert Supit lang-sung melakukan protes.
Menurutnya, upacara bende-ra di situs budaya Watu Pina-wetengan adalah rangkaian ke-giatan Minahasa Cinta Indo-nesia. “Kegiatan ini hanya ber-tujuan untuk memberi pema-haman pada generasi muda di Minahasa agar mereka tahu peran penting Minahasa dalam mencapai kemerdekaan Indo-nesia. “Maksud dan tujuan kami adalah hanya untuk melakukan upacara bendera dalam rangka peringatan HUT kemerdekaan RI ke-66. Sebagai anak bangsa kami merasa ke-cewa. Kami kesana hanya ingin melakukan upacara mempe-ringati kemerdekaan negara ini. Kami ingin memupuk nilai nasionalisme bagi warga Mina-hasa. Kenapa kami dihalangi,” protesnya.
Sementara itu, anggota MAM lainnya, Joppy Worek menilai, pemerintah dan kepolisian ter-lalu berlebihan dalam menilai kegiatan mereka. “Pengha-langan ini terlalu berlebihan. Kami memilih lokasi ini karena situs budaya ini memiliki nilai sakral bagi warga Minahasa. Lokasi ini menjadi simbol pe-mersatu warga Minahasa, ka-rena di situlah leluhur Mina-hasa berkumpul,” ujarnya.
Sempat terjadi adu argumen antara anggota MAM dengan anggota polisi yang berjaga saat itu. Namun polisi tetap tidak mengizinkan mereka pergi ke Watu Pinawetengan yang ha-nya berjarak sekitar dua kilo-meter dari lokasi pengha-dangan di kawasan pemuki-man warga. Karena tidak bisa sampai ke lokasi tujuan ang-gota MAM hanya melakukan doa bersama di tempat mereka dihadang. Selanjutnya, MAM balik kanan kemudian menuju Tondano, dengan maksud hen-dak melakukan ziarah di ma-kam DR Sam Ratulangi.
Sementara itu, Kapolsek Tom-paso, AKP Fery G Wauran, mengata-kan, tindakan penghadangan ini dilakukan atas perintah pimpi-nannya. “Mereka tidak memiliki izin, sehingga kami tidak bisa mem-biarkan acara tersebut. Sesuai aturan, harus ada izin dari ke-polisian jika ingin melakukan kegiatan yang diikuti oleh ba-nyak orang,” ujarnya.(bly)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar